Di kota yang terkenal dengan sebutan kota pelajar, lebih tepatnya di daerah Bantul, lahirlah seorang anak perempuan. Ya, itulah aku. Aku adalah anak pertama dari pasangan Mujiarto dan Budi Asih yang dilahirkan pada hari Jum’at 25 Oktober 1996 dan diberi nama Winastri Endah Mitayani. Ayahku adalah seorang karyawan swasta, sedangkan ibuku adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Aku mempunyai seorang adik laki-laki yang bernama yang saat ini masih duduk di bangku sekolah dasar..
Saat umur 4 tahun, aku sudah mulai belajar mengaji di TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) Ulil Albab. Dari sinilah awal pendidikanku di luar rumah dimulai. Disinilah aku menimba ilmu agama sampai akhirnya aku bisa mengikuti Khotmil Qur’an. Menginjak umur 5 tahun aku masuk salah satu taman kanak-kanak yang dekat dengan rumahku dan terkenal dengan nama TK Si Mungil. Di umur 5 tahun pula aku mengikuti les sempoa. Saat aku berumur 6 tahun aku bersekolah di SD Negeri Wanasari 12 yang juga masih satu kompleks dengan rumahku. Saat aku di bangku SD inilah rutinitasku mulai padat. Mulai dari mengaji, les bahasa inggris, les sempoa sampai bimbel. Hampir setiap hari dari pagi hingga malam jadwalku penuh dengan semua itu. Tetapi aku tidak boleh mengeluh, karna itu semua adalah keinginanku.. Sampai pada akhirnya apa yang aku lakukan tidak sia-sia. Saat kelas 6 SD aku berhasil mengikuti khotmil Qur’an (sebagai tanda lulusnya ujian mengaji dari tingkat pra-TK sampai Gharib) lulus disini bukan berarti selesai untuk mengaji ya, karna belajar itu sifatnya terus menerus, apalagi belajar soal agama. Dan disaat aku di kelas 6 SD ini juga berhasil lulus ujian sempoa (dari level 1 hingga 10) dengan predikat nilai sangat memuaskan. Mungkin hanya itu prestasi yang dapat ku berikan untuk orang tuaku saat itu. Dalam menjalani hidup aku punya suatu kata motivasi sederhana sebagai pegangan hidupku, “sesakit apa pun yang kamu terima, selelah apapun hidup yang kamu jalani, berusalah tetap tersenyum tuk orang lain :)” ya, aku ingin selalu tetap tersenyum selama hidupku. Bagiku senyum itu adalah tanda sebuah ketegaran.
Waktu terus berlalu, saat aku berumur 12 tahun aku sekolah di SMP Negeri 1 Tambun Selatan. Disini aku biasa-biasa saja, tetapi aku mempunyai teman-teman yang luar biasa. Dan banyak pelajaran yang dapat ku ambil dari mereka. Saat perpisahan SMP, sekolahku mengadakan acara perpisahan di luar sekolah, tepatnya di daerah bandung. Acara tersebut akan berlangsung selama dua hari. Sebelum acara puncak, kami akan mengunjungi beberapa tempat terlebih dahulu. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Goa Jepang dan Goa Belanda. Setelah dari sana kemudian kami melanjutkan ke Ciater. Sekitar pukul setengah 6 kami telah tiba di tempat penginapan. Saat itu diumumkan bahwa acara puncak akan dilaksanakan ba’da isya di aula. Ba’da isya aku dan teman-teman satu kamarku beranjak ke aula. Ternyata disana sudah sangat ramai. Bahkan ada yang sudah makan. Aku lupa kalau acara itu bersamaan dengan acara makan malam. Dan antrian makan saat itu masih sangat panjang. Mungkin aku dan teman-temanku termasuk orang yang paling terlambat tiba di sana.
Sampai di aula kami langsung mengantri. Tetapi saat antrianku telah mendekati meja makan, semuanya telah habis. Akhirnya aku dan beberapa teman yang lain dialihkan ke tempat makan guru. Tetapi lagi-lagi saat mendekati meja, piring yang tersedia telah habis, kami menunggu beberapa menit. Tak berapa lama piring pun diantar. Setelah mengambil nasi dan ingin mengambil lauk, ternyata kali ini lauknyalah yang habis. Maka kami pun menunggu lagi. Setelah lauk dan sayuran lengkap dan siap mengambil garpu dan sendok, lagi-lagi sndok dan garpu itulah yang menghambatku untuk menyantap apa yang telah ada ditanganku. Mau pakai tangan? Ngga bisa, makanan itu berkuah. Akhirnya untuk yang kesekian kalinya kami menunggu sampai sendok-sendok itu diantar. Ya, sekarang semuanya sudah lengkap, saatnya untuk makan. Baru beberapa langkah dari meja makan, langkahku terhenti, menatap semua yang ada dihadapanku dengan lemas. Selera makan ku menghilang seketika. Aku baru sadar, ternyata semua kursi yang tersedia, telah terisi penuh dengan kata lain aku tidak kebagiaan tempat duduk. Untungnya, ada teman kami yang mempersilahkan untuk duduk di tempatnya. Akhirnya jadi juga aku makan malam itu.
Lulus dari SMP aku melanjutkan sekolahku di SMA Negeri 2 Tambun Selatan. Berawal dari gugus hijau, aku mulai mengenal sekolah baruku ini. Dan kemudian aku ditempatkan di kelas X.4 dengan seragam, teman-teman, dan suasana yang serba baru. Ya, ini adalah sebuah awal perjalan baru untukku. Ku jalani hari pertamaku dengan tidak sepenuh hati, entah kenapa terasa ada yang kurang. Tetapi seiring berjalannya waktu aku mulai bisa menjalaninya dengan sepenuh hati.
Di SMA ini aku mengikuti suatu organisasi. Organisasi yang kupilih adalah ROHIS, entah mengapa hati kecilku ini ingin aku memilih organisasi itu. Sekeras apapun aku menolaknya, tetap tidak bisa. Ia memaksaku untuk tetap memilihnya. Dan akhirnya aku menyerah, dan mengikuti kemauannya. Aku tidak menyesal, aku bersyukur telah bergabung dengan organisasi itu. Ia telah mengubah diriku, membawaku melewati masa jahiliyyah ku menuju masa yang jauh lebih baik lagi. Dari sana juga aku mengenal banyak orang-orang hebat. Waktu terus berjalan, kini aku duduk di kelas XI IPA 5. Seiring berjalannya waktu cita-citaku berbelok arah, entah mengapa aku ingin masuk ke dalam dunia perpajakan, padahal aku berada di kelas IPA bukan IPS. Ya, biarlah waktu yang menjawab semuanya. Aku yakin Allah telah menyiapkan jalan terbaik-Nya untukku. Apapun itu, tinggal bagaimana aku menyikapinya nanti saat itu semua telah sampai kepadaku. Karna akau yakin apa yang Allah pilihkan untuk kita, pasti itulah yang terbaik :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar